01911 2200325 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020001700100082000800117084001400125100003500139245004600174250002000220300003800240700003600278700002600314520107000340600001001410264003101420336002101451337003001472338002301502990001201525990001201537990001201549990001201561990001201573INLIS00000000000013420240222101249 a0010-0224000072ta240222 d f ind  aSCOOPG202115 a813 a813 BAM a0 aBambang Joko SusiloePengarang1 aAnak - anak merapi /cBambang Joko Susilo acetakan pertama a260 halaman :bilustrasi ;c20 cm0 aTeuku Chairul WisalePenyunting0 aAndriyatiePenyunting aJangan Bersedih, Sahabatku ! Jangan Pernah Menyerah. Merapi Tidaklah Meletus Seketika... Pasir, debu, dan batu-batu bercampur awan panas itu terus jatuh berhamburan bagai kapas dan buku-bulu beterbangan yang ditumpahkan dari langit, bergulung-gulung ke bawah menerjang apa saja yang bisa diterjang. Teriakan histeris dan jeritan-jeritan orang ketakutan terus terdengar di sana-sini. Hari merangkak pelan menuku malam dalam hiruk pikuk, dalam kepanikan, dalam kegaduhan, dalam kengerian. Oktober - November 2011, aktivitas Gunung Merapi meningkat dan menunjukkan puncaknya. Ledakan dahsyat terjadi. Material vulkanik Gunung Merapi berupa pasir, batu, lumpur, debu, dan asap yang panasnya mencapai 600 derajat Celcius meluluhlantahlan seisi desa di lereng Merapi. Bambang Joko Susilo menuliskannya langsung dari barak pengungsian di Yogyakarta. Menatap pilu anak-anak terkasih. Dengan kecintaannya pada anak-anak, ia ingin mengisahkan kehidupan Yudhistira, Bimo dan Juni -- si Anak-anak Merapi -- menjalani kehidupan kanak-kanak mereka di tengah situasi bencana. 4afiksi aJakarta :bGramedia,c2010 2rdacontentatext 2rdamediaatanpa perantara 2rdacarrieravolume a0263/23 a0264/23 a0265/23 a0266/23 a0267/23